Kata konflik berasal dari bahasa Latin yaitu configere yang artinya saling memukul. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konflik diartikan sebagai percekcokan, perselisihan, pertentangan. Definisi konflik menurut sosiologis adalah suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (atau juga kelompok) yang berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.
Definisi konflik sosial menurut para ahli adalah sebagai berikut:
1. Soerjono Soekanto, konflik adalah suatu proses sosial individu atau kelompok manusia berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai ancaman dan/atau kekerasan.
2. Ariyono Suyono, konflik adalah proses atau keadaan dua pihak berusaha menggagalkan tercapainya tujuan masing-masing yang disebabkan adanya perbedaan pendapat nilai-nilai ataupun tuntutan dari masing-masing pihak.
3. Siti Norma, konflik merupakan suatu proses yang dilangsungkan tidak hanya sekedar untuk mempertahankan hidup dan eksistensi, tetapi juga bertujuan sampai ke taraf pembinasaan eksistensi orang atau kelompok lain yang dipandang sebagai lawan atau saingan.
4. Robert M.Z Lawang, konflik adalah perjuangan untuk memperoleh nilai, status, dan kekuasaan di mana tujuan mereka tidak hanya memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan saingannya.
5. Lewis A. Coser, konflik adalah sebuah perjuangan mengenai nilai atau tuntutan atas status, kekuasaan, dan sumber daya yang bersifat langka dengan maksud menetralkan, mencederai, atau melenyapkan lawan.
6. Berstein, konflik merupakan suatu pertentangan atau perbedaan yang tidak dapat dicegah. Konflik ini dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif saat melakukan interaksi dengan orang lain.
7. A.J. Dubrin, konflik mengacu pada pertentangan antarindividu atau kelompok yang dapat meningkatkan ketegangan sebagai akibat saling menghalangi dalam pencapaian tujuan.
8. P.W. Cummings, konflik adalah suatu proses interaksi sosial di mana dua orang atau lebih, dua kelompok atau lebih, berbeda atau bertentangan dalam pendapatan maupun tujuan mereka.
9. Ensiklopedia Nasional Indonesia, dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia Jilid 9 (2004:97), menguraikan bahwa konflik muncul karena adamya benturan antara dua unsur dalam masyarakat yang mengharuskan salah satunya berakhir.
B. Kekerasan
Secara etimologis, kekerasan merupakan terjemahan dari kata violence yang artinya kekuasaan atau berkuasa. kata violence, berasal dari bahasa Latin yaitu violentia yang berarti force (kekerasan). Secara terminologi, kekerasan (violent) didefinisikan sebagai perilaku pihak yang terlibat konflik yang bisa melukai lawan konflik untuk memenangkan konflik.
Definisi kekerasan menurut para ahli adalah sebagai berikut :
1. Thomas Hobbes, kekerasaon merupakan sesuatau yang alamiah dalam manusia.
2. Stuart dan Sundeen, perilaku kekerasan atau tindak kekerasan merupakan ungkapan perasaan marah dan permusuhan yang mengakibatkan hilangnya konrol diri di mana individu bisa berperilaku menyerang atau melakuakan suatu tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
3. Kaplan dan Sundeen, perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain,maupun lingkungan.
4. J.J. Rousseau, kekerasan yang dilakukan bukan merupakan sifat murni manusia.
5. Colombijn, kekerasan adalah perilaku yang melibatkan kekuatan fisik dan dimaksudkan untuk menyakiti, merusak, atau melenyapkan seseorang atau sesuatu.
6. Black, kekerasan adalah pemakaian kekuatan yang tidak adil dan tidak dapat dibenarkan.
7. James B. Rule, kekerasan merupakan manifestasi naluri bersama atau gerakan naluri primitif yang menciptakan kondisi-kondisitindakan massa.
8. Soerjono Soekanto, kekerasan (violence) adalah penggunaan kekuatan fisik secara paksa terhadap orang atau benda. Adapun kekerasan sosial adalah kekerasan yang dilakukan terhadap orang dan barang karena orang dan barang tersebut termasuk dalam kategori sosial tertentu.
9. Abdul Munir Mulkan, kekerasan adalah tindakan fisik yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk melukai, merusak atau menghancurkan orang lain atau harta benda dan segala fasilitas kehidupan yang merupakan bagian dari dari orang lain tersebut.
10. Kamus Sosiologi (2012:106), kekerasan merupakan suatu ekspresi yang dilakukan oleh individu maupun kelompok di mana secara fisik maupun verbal mencerminkan tindakan agresi dan penyerangan pada kebebasan atau martabat.
C. Faktor-Faktor Penyebab Konflik
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik dalam masyarakat adalah sebagai berikut...
• Perbedaan indvidu; perbedaan pendirian dan perasaan
• Adanya perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi yang berbeda-beda pula. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola pemikiran dan pendirian kelompoknya
• Adanya perbedaan kepentingan antara individu dan kelompok bisa menyangkut bidan ekonomi, politik dan juga sosial.
• Terdapat perubahan nilai yang cepat secara tiba-tiba dalam masyarakat
D. Macam-Macam Konflik
Terdapat berbagai macam konflik yang dikelompokkan dalam beberapa jenis antara lain sebagai berikut...
1. Macam-Macam Konflik Berdasarkan Pihak Yang Terlibat Di Dalamnya
• Konflik dalam diri individu (conflik within the individual), adalah konflik yang terjadi karena memilih tujuan yang saling bertentangan, atau karena tuntutan tugas yang terlampau banyak untuk di tinggalkan.
• Konflik antar-individu (conflik among individual), adalah konflik yang terjadi karena adanya perbedaan kepribadian antara individu yang satu dengan individu yang lainnya.
• Konflik antar individu dan kelompok (conflik among individual and groups), adalah konflik yang terjadi karena terdapat individu yang gagal beradaptasi dengan norma-norma kelompok dimana tempat ia bekerja.
• Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama (conflik among groups in the same organization) adalah konflik yang terjadi karena setiap kelompok memiliki tujuan tersendiri dan berbeda yang ingin di capai.
• Konflik antar organisasi (conflik among organization), adalah konflik yang terjadi karena tindakan yang dilakukan oleh anggota organisasi yang menimbulkan dampak negatif bagi anggota organisasi lain.
• Konflik antar individu dalam organisasi yang berbeda (conflik among individual in different organization), adalah konflik yang terjadi karena sikap atau perilaku anggota organisasi yang berdampak negatif anggota organisasi lain.
2. Macam-Macam Konflik Berdasarkan Fungsinya
• Konflik konstruktif, adalah konflik yang mempunyai nilai positif kepada pengembangan organisasi.
• Konflik destruktif, adalah konflik yang memiliki dampak negatif kepada pengembangan organisasi.
3. Macam-Macam Konflik Berdasarkan Posisi Seseorang dalam Struktur Organisasi
• Konflik vertikal, adalah konflik yang terjadi antara karyawan yang memiliki jabatan yang tidak sama dengan dalam organisasi.
• Konflik horizontal, adalah konflik yang terjadi karena memiliki kedudukan/jabatan yang sama atau setingkat dalam organisasi.
• Konflik garis staf, adalah konflik yang terjadi karyawan yang memegang posisi komando, dengan pejabat staf sebagai penasehat dalam organisasi.
• Konflik peran, adalah konflik yang terjadi karena individu memiliki peran yang lebih dari satu.
4. Macam-Macam Konflik Berdasarkan Dampak Yang Timbul
• Konflik fungsional, adalah konflik yang memberikan manfaat atau keuntungan bagi organisasi yang dapat dikelola dan dikendalikan dengan baik.
• Konflik Infungsional, adalah konflik yang dampaknya merugikan orang lain.
5. Macam-Macam Konflik Berdasarkan Sumber Konflik
• Konflik tujuan, adalah konflik yang terjadi karena adanya perbedaan individu, organisasi atau kelompok yang memunculkan konflik
• Konflik peranan, adalah konflik yang terjadi karena terdapat peran yang lebih dari satu.
• Konflik nilai, adalah konflik yang terjadi karena adanya perbedaan nilai yang dianut oleh seseorang berbeda dengan nilai yang dianut oleh organisasi atau kelompok.
• Konflik kebijakan, adalah konflik yang terjadi karena individu atau kelompok tidak sependapat dengan kebijakan yang diambil oleh organisasi.
6. Macam-Macam Konflik Berdasarkan Bentuknya
• Konflik realistis, adalah konflik yang terjadi karena kekecewaan individu atau kelompok atas tuntutannya.
• Konflik nonrealistif, adalah konflik yang terjadi karena kebutuhan yang meredakan ketegangan.
7. Macam-Macam Konflik Berdasarkan Tempat Terjadinya
• Konflik in-group, adalah konflik yang terjadi dalam kelompok atau masyarakat sendiri
• Konflik out-group, adalah konflik yang terjadi antara suatu kelompok atau masyarakat dengan suatu kelompok atau masyarakat lain.
8. Macam-Macam Konflik Berdasarkan Pendapat Dahrendorf
• Konflik antara atau dalam peran sosial, seperti antara peran seseorang dalam keluarga dan peran dalam pekerjaan (profesi).
• Konflik antara kelompok-kelompok sosial,
• Konflik antara kelompok yang terorgansiasi dengan kelompok yang tidak terorganisasi,
• Konflik antara satuan nasional, seperti konflik antara KPK dan Porli dalam menangani kasus tertentu.
• Konflik antarnegara atau antara negara dan organisasi internasional,
E. Tanda-Tanda Adanya Konflik Sosial
Indikator yang diberikan oleh Charles Lewis Taylor dan Michael C. Hudson (1972) untuk mengetahui apakah dimasyarakat sedang terjadi konflik atau tidak,yaitu sebagai berikut.
1. Demonstrasi (a protest demonstration), demonstrasi adalah sejumlah orang yang tanpa menggunakan kekerasan mengorganisasikan diri untuk melakukan protes. Pihak yang sering menjadi sasaran demonstrasi adalah pemerintah, pengusaha, pimpinan, dan lain-lain.
2. Kerusuhan, maksud dan tujuan kerusuhan hampir sama dengan demonstrasi. Hanya saja dalam kerusuhan disertai dengan kekerasan fisik, pengrusakan barang-barang, dan tindakan anarkis. Perbedaan antara kerusuhan dan demonstrasi terletak pad sifatnya yang spontan dan dipicu oleh suatu insiden atau perilaku kelompok yang kacau.
3. Serangan bersenjata, dapat dilakukan oleh kelompok sosial manapun, baik oleh pihak pemerintah ataupun aparat keamanan maupun oleh pihak nonpemerintah, dengn tujuan untuk melemahkan atau menghancurkan kelompok lain. Serangan fisik selalu melibatkan kekerasan fisik, pertumpahan darah, atau pengrusakan barang-barang. Perbedaan serangan bersenjata dengan kerusuhan terletak terletak pada sifatnya yang terorganisir dan biasanya untuk kepentingan politik.
4. Korban Jiwa Akibat Kekerasasn Politik. Korban dan kerugian tidak hanya diderita oleh pihak yang berkonflik, tetapi juga masyarakat sekitarnya. Semakin banyak korban jiwa baik akibat demostrasi, kerusuhan, maupun serangan senjata, berarti semakin besar konflik yang terjadi.
F. Dampak Positif dan Negatif Konflik
Konflik tidak hanya memberikan hasil yang berakibat negatif bagi masyarakat, namun konflik juga memberika dampak yang berakibat positif yang bermanfaat bagi masyarakat. Macam-macam dampak positif dan negatif konflik adalah sebagai berikut...
a. Dampak Positif Konflik
• Adanya yang memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas atau belum tuntas dipelajari
• Adanya penyesuaian kembali norma dan nilai yang diserta dengan hubungan sosial dalam kelompok yang bersangkutan.
• Jalan untuk mengurangi ketegangan antarindividu dan antarkelompok
• Untuk mengurangi atau menekan adanya pertentangan yang terjadi dalam masyarakat
• Membantu menghidupkan kembali norma lama dan menciptakan norma baru
b. Dampak Negatif Konflik
• Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang mengalami konflik dengan kelompok lain.
• Keretakan hubungan antar anggota kelompok, seperti akibat konflik antarsuku
• Menimbulkan perubahan kebribadian pada individu, seperti adanya rasa benci dan saling curiga akibat perang
• Adanya kerusakan harta benda dan hilangnya nyawa manusia
• Terdapat domoniasi, juga penaklukan, yang terjadi pada salah satu pihak yang terlibat dalam konflik
G. Perbedaan Konflik Dan Kekerasan
KONFLIK KEKERASAN
1. Proses terjadinya konflik diketahui oleh kedua belah pihak yang bertikai.
2. Aktivitas tang dilakukan tidak meninbulkan reaksi yang berarti.
3. Tidak berniat menjatuhkan lawan.
4. Dapat memotivasi untuk meraih prestasi.
5. Bukan merupakan pelanggaran hukum.
6. Cara penyelesaiannya dapat dilakukan dengan akomodasi dan peradilan.
7. Terjadi dalam waktu yang relatif panjang.
8. Dilakukan dengan langkah-langkah nyata untuk mencapai tujuan. 1. Proses terjadinya kadang tidak diketahui olah pihak yang lemah.
2. Aktivitas yang dilakukan menimbulkan reaksi keras, bahkan benturan fisik.
3. Ada niat mencelakakan pihak lain.
4. Karena kesalahpahaman kedua pihak.
5. Merupakan bentuk pelanggaran hukum.
6. Cara penyelesaiannya harus dilakukan melaluai peradilan.
7. Terjadi dalam waktu yang relatif singkat.
8. Dilakukan dengan penuh prasangaka saehingga merugikan pihak lain.
Disamping pebedaan-perbedaan diatas, konflik sosial dan kekerasan memiliki beberapa sisi persamaan, antara lain :
1. Keduanya terdapat unsur benturan fisik yang dapat menimbulkan korban jiwa, luka-luka, ataupun kerusakan harta benda.
2. Konflik dan kekerasan merupakan suatu bentuk interaksi sosial yang bersifat disosiatif yang mengarah pada disintegrasi didalam masyarakat.
Contoh Konflik Sosial
Aksi unjuk rasa, yang berujung pada aksi anarkis, merupakan salahsatu contoh konflik sosial
Tawuran antar pelajar
Contoh Kekerasan
Kekerasaan/penyiksaan pada anak
Kekerasan pada pembantu rumah tangga
Upaya Penyelesaian atau Pengendalian Konflik dan Kekerasan
Akomodasi
Proses penyelesaian konflik ke arah tercapainya kesepakatan sementara yang dapat diterima kedua belah pihak yang tengah bersengketa. Akomodasi juga berarti sebagai usaha manusia untuk meredakan dan menghindari konflik dalam rangka mencapai kestabilan.
Coercion
Merupakan suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan yang berifat sepihak.
Negosiasi atau Kompromi
Upaya penyelesaian konflik yang dilakukan oleh masing-masing pihak dengan cara memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.
Arbritasi
Bentuk akomodasi yang digunakan untuk menyelesaikan konflik dengan cara meminta bantuan ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak atau oleh badan yang berkedudukannya lebih tinggi dari pihak-pihak yang bertikai. keputusan yang dibuat harus dipatuhi oleh pihak-pihak yang berkonflik.
Mediasi
Penyelesaian konflik sosial yang dilakukan dengan cara mendatangkan pihak ketiga yang sifatnya netral dan tidak memihak. namun, keputusan pihak ketiga tidak mengikat pihak manapun.
Adjudication
Penyelesaian konflik melalui pengadilan.
Toleransi
Suatu bentuk akomodasi tanpa adanya persetujuan formal. Dalam masyarakat Jawa dikenal dengan istilah 'tepa slira' atau tenggang rasa agar hubungan sesamanya bisa saling menyadari kekurangan diri sendiri masing-masing.
Statlemate
Suatu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang bertikai mempunyai kekuatan yang seimbang. Mereka kemudia berhenti pada suatu titik tertentu untuk tidak melakukan pertentangan atau menghentikan konflik.
Konsiliasi
Suatu bentuk penyelesaian konflik sosial yang dilakukan melalui lembaga-lembaga tertentu yang dapat memberikan keputusan dengan adil. Contoh: pengendalian konflik melalui lembaga perwakilan rakyat.
Rekonsiliasi
Upaya kompromistis yang ditempuh untuk mengakomodasi dua kepentingan yang berbeda. Bertujuan untuk memulihkan hubungan persahabatan pada keadaan semula.
Transformasi Politik
Sebuah proses penyelesaian konflik yang membutuhkan kontribusi timbal balik dari pihak yang ditransformasikan dan dari pihak yang hendak dituju oleh proses tersebut.
Cara-cara lain untuk memecahkan konflik antara lain sebagai berikut:
• Elimination, yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat di dalam konflik, yang diungkapkan dengan ucapan antara lain : kami mengalah, kami keluar, dsb.
• Subjugation atau Domination, yaitu orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar untuk dapat memaksa orang atau pihak lain menaatinya.
• Majority rule, yaitu suara terbanyak yang ditentukan melalui voting untuk mengambil kepututsan tanpa mempertimbangkan argumentasi.
• Minority consent, yaitu kemenangan kelompok mayoritas yang diterima dengan senang hati oleh kelompok minoritas. Kelompok minoritas sepakat untuk melakukan kerjasama dengan kelompok mayoritas.
• Integrasi, yaitu mendiskusikan, menleaah, dan mempertimbangkan kembali pendapat-pendapat sampai diperoleh suatu keputusan yang memaksa semua pihak.
• Kolaborasi, merupakan upaya penyelesaian konflik melalui pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama.
• Competition, apabila terdapat indikasi salah satu pihak berusaha mencapai tujuan tanpa menghiraukan pihak lain, maka metode kompetisi dapat diterapkan.
A. Mengenal Konflik dan Kekerasan
Dalam banyak definis, kekerasan dan ancaman selalu dikaitkan dengan konflik, kekerasan merupakan alat dari konflik untuk mencapai tujuan. Dapat juga dikatakan bahwa kekerasan merupakan proses akhir dari konflik.
Secara harfiah, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, konflik berarti percekcokan, perselisihan, pertentangan yang menimbulkan ketegangan di antara yang berkonflik. Konflik merupakan gejala sosial yang sering timbul dalam kehidupan masyarakat.
Berikut ini pendapat beberapa sosisolog tentang konflik:
Robert M. Z. Lawang menyatakan konflik sebagai perjuangan untuk memperoleh nilai, status, dan kekuasaan.
Soerjono Soekanto menyatakan konflik sebagai suatu proses sosial, di mana orang per orang, atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawannya, disertai ancaman atau kekerasan.
Sementara kekerasan berarti perbuatan seseorang atau kelompok yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain, atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. konflik sering kali berubah menjadi kekerasan terutama apabila uoaya-upaya yang berkaitan dengan pengelolaan dan penyelesaian konflik tidak dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh pihak yang berkaitan. demikian pula bila upaya memperoleh keadilan di pengadilan ternyata gagal.
B. Sebab-Sebab Konflik
Berikut ini merupakan faktor-faktor penyebab konflik yang terjadi dalam masyarakat:
Perbedaan Antarindividu : Merupakan perbedaan yang menyangkut perasaan, pendirian, pendapat atau ide yang berkaitan dengan harga diri, kebanggan, dan identitas seseorang. Contoh : Dalam sebuah ruangan kantor ada karyawan yang terbiasa bekerja sambil mendengarkan musik dengan suara yang keras, tetapi karyawan lain lebih menyukai bekerja dengan suasana yang tenang, sehingga kebisingan merupakan hal yang mengganggu konsentrasi dalam bekerja. Perbedaan perasaan dan kebiasaan tersebut menimbulkan rasa benci dan amarah sebagai awal timbulnya suatu konflik.
Perbedaaan Kebudayaan : Kepribadian seseorang dibentuk dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Tidak semua masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma-norma sosial yang sama. Apa yang dianggap baik oleh suatu masyarakat belum tentu sama dengan apa yang dianggap baik oleh masyarakat lain. Contoh : Seseorang yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional bertemu dengan seseorang yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai modern, maka akan terdapat perbedaan-perbedaan nilai yang dianut oleh kedua belah pihak sehingga dapat menimbulkan konflik.
Perbedaan Kepentingan : Setiap individu ataupun kelompok sering kali memiliki kepentingan yang berbeda dengan individu atau kelompok lainnya. semua itu bergantung dari kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Perbedaan kepentingan ini menyangkut kepentingan ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Contoh : seorang pengusaha menghendaki adanya penghematan dalam biaya suatu produksi sehingga dengan terpaksa harus melakukan rasionalisasi pegawai. namun, para pegawai yang terkena rasionalisasi merasa hak-haknya diabaikan sehingga perbedaan kepentingan tersebut menimbulkan suatu konflik.
Perubahan Sosial Budaya yang Terlalu Cepat : Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang kalah cepat seperti yang sedang terjadi pada era globalisasi sekarang ini, mengakibatkan terjadinya perubahan sosial budaya yang juga terlalu cepat.
Perbedaan Etnis : Setiap etnis tertentu memiliki kepribadian yang melatarbelakangi kebudayannya. Setiap kebudayaan memiliki sistem nilai dan norma sosial yang mungkin berbeda dengan kebudayaan lainnya. Dalam masyarakat yang multikultural, sering terjadi pergesekan sistem nilai dan norma sosial antara etnis yang satu dengan etnis yang lainnya. Ditambah dengan fenomena primordialisme dan etnosentrisme yang tumbuh pada masing-masing etnis, maka akan tumbuh pertentangan-pertentangan yang memicu terjadinya konflik sosial. Contoh : dalam perekrutan pegawai, masing-masing pemerintah daerah akan memprioritaskan etnisnya sendiri, padahal di daerah tersebut terdapat etnis lain.
Perbedaan Ras : Walaupun ras tidak ada kaitannya dengan etnis, agama, ataupun ideologi kenegaraan, akan tetapi dalam kasus-kasus tertentu sering terjadi konflik rasial. Konflik rasial didasari oleh paham rasialisme atau diskriminasi ras. Di Indonesia konflik ras terjadi akibat adanya kecemburuan sosial terhadap ras tertentu yang minoritas, tetapi memiliki akses ekonomi yang besar dan kuat.
Perbedaan Agama : Agama sebenarnya bukan merupakan pencetus utama terjadinya suatu konflik sosial. Hal ini disebabkan karena masing-masing umat tidak pernah mempertentangkan akidah dan keyakinan agama masing-masing. Yang sering terjadi, konflik agama merupakan muara atau dampak negatif dari konflik yang terjadi sebelumnya. Contoh : Konflik Poso dan Ambon. Semula konflik ini berawal dari konflik etnis akibat etnosentrisme, primordialisme, dan kesenjangan sosial, akhirnya merembes kepada sentimen keagamaan. memang sentimen keagamaan sangat rentan terhadap isu-isu yang berbau sara.
C. Bentuk-Bentuk Konflik
Berdasarkan Sifatnya
Konflik destruktif, merupakan konflik yang muncul karena adanya perasaan tidak senang, rasa benci, dan dendam dari seseorang ataupun kelompok terhadap pihak lain. Konflik ini dapat mengakibatkan hilangnya nyawa dan harta benda. Contoh : konflik Ambon, Poso, Kupang, dan Sambas.
Konflik konstruktif, merupakan konflik yang bersifat fungsional, konflik ini muncul karena adanya perbedaan pendapat dari kelompok-kelompok dalam menghadapi suatu permasalahan. Konflik ini akan menghasilkan konsensus dari perbedaan pendapat tersebut. Contoh : perbedaan pendapat dalam organisasi
Berdasarkan Posisi Pelaku yang Berkonflik
Konflik vertikal, merupakan konflik antarkomponen masyarakat di dalam satu struktur yang memiliki hierarki. Contoh : konflik antara atasan dan bawahan dalam satu kantor.
Konflik horizontal, merupakan konflik yang terjadi antara individu atau kelompok yang memiliki kedudukan yang relatif sama. Contoh : konflik antarorganisasi massa.
Konflik diagonal, merupakan konflik yang terjadi karena ketidakadilan alokasi sumber daya ke seluruh organisasi sehingga menimbulkan pertentangan yang ekstrim. Contoh: Konflik Aceh.
Berdasarkan Sifat Pelaku yang Berkonflik
konflik terbuka, merupakan konflik yang diketahui oleh semua pihak. Contoh : konflik Palestina-Israel.
konflik tertutup, merupakan konflik yang hanya diketahui oleh orang-orang atau kelompok yang terlibat konflik.
Berdasarkan Konsentrasi Aktivitas Manusia di Masyarakat
konflik sosial, merupakan konflik yang terjadi akibat adanya perbedaan kepentingan sosial dari pihak yang berkonflik.
konflik politik, merupakan konflik yang terjadi karena adanya perbedaan kepentingan yang berkaitan dengan kekuasaan.
konflik ekonomi, merupakan konflik akibat adanya perebutan sumber daya ekonomi dari pihak yang berkonflik.
konflik budaya, merupakan konflik yang terjadi karena adanya perbedaan kepentingan budaya dari pihak yang berkonflik.
konflik ideologi, merupakan konflik akibat adanya perbedaan paham yang diyakini oleh seseorang atau sekelompok orang.
Berdasarkan Cara Pengelolaannya
konflik interindividu, merupakan konflik yang paling erat kaitannya dengan emosi individu. konflik dapat muncul dari dua penyebab, yaitu karena kelebihan beban atau karena ketidaksesuaian seseorang dalam melaksakan peranan.
konflik antarindividu, merupakan konflik yang terjadi antarseseorang dengan satu orang atau lebih, sifatnya kadang substantif, menyangkut perbedaan gagasan, pendapat, kepentingan, atau bersifat emosional.
konflik antarkelompok, merupakan konfik yang banyak dijumpai dalam kehidupan manusia sekarang ini karena manusia hidup dalam kelompok-kelompok sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk sosial.
D. Dampak Konflik
Dampak Negatif
Dampak Langsung
Menimbulkan keretakan hubungan antara individu atau kelompok dengan individu atau kelompok lainnya.
Adanya perubahan kepribadian seseorang, seperti selalu memunculkan rasa curiga, rasa benci, dan akhirnya dapat berubah menjadi tindakan kekerasan.
Hancurnya harta benda dan korban jiwa, jika konflik tersebut berubah menjadi tindakan kekerasan.
Kemiskinan bertambah akibat tidak kondusifnya keamanan.
Lumpuhnya roda perekonomian jika suatu konflik berlanjut menjadi tindak kekerasan.
Pendidikan formal dan informal terhambat karena rusaknya sarana dan prasarana pendidikan.
Dampak tidak langsung yaitu dampak yang dirasakan oleh pihak-pihak yang tidak terlibat langsung dalam sebuah konflik, ataupun dampak jangka panjang dari suatu konflik yang tidak secara langsung dirasakan oleh pihak-pihak yang berkonflik. Contoh: agresi Israel yang dilakukan kepada para pejuang Hizbullah di Lebanon akan membawa dampak pada kenaikan harga minyak dunia yang akan merembet pada kenaikan harga-harga barang di pasaran.
Dampak Positif Konflik
Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok ( in gorup solidarity )
Munculnya pribadi-pribadi yang kuat dan tahan uji menghadapi berbagai situasi konflik
Membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan norma-norma baru
Munculnya kompromi baru apabila pihak yang berkonflik dalam kekuatan seimbang. Misalnya, adanya kesadaran dari pihak-pihak yang berkonflik untuk bersatu kembali karena dirasakan bahwa konflik yang berlarut tidak membawa keuntungan bagi kedua belah pihak.
E. Teori-Teori tentang Kekerasan
Menurut Thomas Santoso, terdapat 3 teori tentang kekerasan, yaitu:
1. Teori kekerasan sebagai tindakan aktor (individu) atau kelompok
Manusia melakukan kekerasan karena adanya faktor bawaan, seperti kelainan genetik atau fisiologis.
2. Teori Kekerasan Struktural
Kekerasan bukan berasal dari orang tertentu melainkan terbentuk dalam suatu sistem sosial. PAra ahli memandang kekerasan tidak hanya dilakukan oleh aktor atau kelompok semata melainkan dipengaruhi oleh suatu struktur.
3. Teori kekerasan sebagai kaitan antara aktor dan struktural
Konflik merupakan sesuatu yang telah ditentukan sehingga bersifat endemik bagi kelangsungan masyarakat. Oleh karena itu ada 4 jenis kekerasan, yaitu:
a. Kekerasan terbuka (dapat dilihat)
b. Kekerasan tertutup (kekerasan tersembunyi, berupa ancaman)
c. Kekerasan agresif (kekerasan yang dilakukan untuk mendapatkan sesuatu, penjambretan)
d. Kekerasan defensif (kekerasan yang dilakukan untuk melindungi diri)
F. Upaya Penyelesaian atau Pengendalian Konflik dan Kekerasan
Akomodasi
Proses penyelesaian konflik ke arah tercapainya kesepakatan sementara yang dapat diterima kedua belah pihak yang tengah bersengketa. Akomodasi juga berarti sebagai usaha manusia untuk meredakan dan menghindari konflik dalam rangka mencapai kestabilan.
Coercion
Merupakan suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan yang berifat sepihak.
Negosiasi atau Kompromi
Upaya penyelesaian konflik yang dilakukan oleh masing-masing pihak dengan cara memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.
Arbritasi
Bentuk akomodasi yang digunakan untuk menyelesaikan konflik dengan cara meminta bantuan ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak atau oleh badan yang berkedudukannya lebih tinggi dari pihak-pihak yang bertikai. keputusan yang dibuat harus dipatuhi oleh pihak-pihak yang berkonflik.
Mediasi
Penyelesaian konflik sosial yang dilakukan dengan cara mendatangkan pihak ketiga yang sifatnya netral dan tidak memihak. namun, keputusan pihak ketiga tidak mengikat pihak manapun.
Adjudication
Penyelesaian konflik melalui pengadilan.
Toleransi
Suatu bentuk akomodasi tanpa adanya persetujuan formal. Dalam masyarakat Jawa dikenal dengan istilah 'tepa slira' atau tenggang rasa agar hubungan sesamanya bisa saling menyadari kekurangan diri sendiri masing-masing.
Statlemate
Suatu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang bertikai mempunyai kekuatan yang seimbang. Mereka kemudia berhenti pada suatu titik tertentu untuk tidak melakukan pertentangan atau menghentikan konflik.
Konsiliasi
Suatu bentuk penyelesaian konflik sosial yang dilakukan melalui lembaga-lembaga tertentu yang dapat memberikan keputusan dengan adil. Contoh: pengendalian konflik melalui lembaga perwakilan rakyat.
Rekonsiliasi
Upaya kompromistis yang ditempuh untuk mengakomodasi dua kepentingan yang berbeda. Bertujuan untuk memulihkan hubungan persahabatan pada keadaan semula.
Transformasi Politik
Sebuah proses penyelesaian konflik yang membutuhkan kontribusi timbal balik dari pihak yang ditransformasikan dan dari pihak yang hendak dituju oleh proses tersebut.
Cara-cara lain untuk memecahkan konflik antara lain sebagai berikut:
Elimination, yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat di dalam konflik, yang diungkapkan dengan ucapan antara lain : kami mengalah, kami keluar, dsb.
Subjugation atau Domination, yaitu orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar untuk dapat memaksa orang atau pihak lain menaatinya.
Majority rule, yaitu suara terbanyak yang ditentukan melalui voting untuk mengambil kepututsan tanpa mempertimbangkan argumentasi.
Minority consent, yaitu kemenangan kelompok mayoritas yang diterima dengan senang hati oleh kelompok minoritas. Kelompok minoritas sepakat untuk melakukan kerjasama dengan kelompok mayoritas.
Integrasi, yaitu mendiskusikan, menleaah, dan mempertimbangkan kembali pendapat-pendapat sampai diperoleh suatu keputusan yang memaksa semua pihak.
Kolaborasi, merupakan upaya penyelesaian konflik melalui pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama.
Competition, apabila terdapat indikasi salah satu pihak berusaha mencapai tujuan tanpa menghiraukan pihak lain, maka metode kompetisi dapat diterapkan.
0 komentar:
Posting Komentar